Konawe Utara dalam Ancaman Industri Ekstraktif

  • Bagikan
Salah satu kawasan hutan di Konawe Utara yang kini menjadi lahan pertambangan nikel. (Foto WALHI Sultra)

ADASWARA.COM, KENDARI – Dalam dua dekade terakhir, Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara (Sultra) kehilangan puluhan ribu hektar hutan primer. Hutan yang dulu menjadi rumah satwa endemik dan penopang hidup masyarakat setempat, kini berubah menjadi lahan industri ekstraktif.

Data yang dirilis WALHI Sultra menyebutkan bahwa sejak 2002 hingga 2024, Konawe Utara telah kehilangaan 39,3 ribu hektar hutan primer basah, setara dengan 69% dari total kehilangan tutupan pohon. Seluas 10% hutan primer di wilayah ini telah hilang permanen yang tidak dapat dipulihkan dalam waktu singkat.

“Masyarakat adat dan desa-desa lokal (Konawe Utara) kehilangan sumber pangan, obat, dan air bersih. Bencana ekologis seperti banjir, longsor, dan sedimentasi sungai menjadi semakin sering,” kata Direktur WALHI Sultra Andi Rahman pada Senin 6 Oktober 2025.

Tak hanya itu, habitat satwa endemik Sultra, seperti Anoa, Babirusa, dan Burung Rangkong, semakin terfragmentasi. Kehilagan hutan di Konawe Utara adalah deforestasi terencana akibat ekspansi industri ekstraktif.

“Pertambangan nikel dan pembangunan infratruktur industri menjadi pendorong utama. Kehilangan ini bersifat permanen begitu hutan dikonversi, ia tak akan Kembali,” tegas Andi.

Ditegaskan pula, deforestasi di Konawe Utara bukanlah fenomena alamiah, melainkan akibat dari model pembangunan ekstraktif yang rakus ruang dan abai terhadap lingkungan serta hak masyarakat. (*)

Baca Juga Berita AdaSwara.com di Google News: https://news.google.com/publications/CAAqBwgKMIyQqAwwnpi2BA
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *