ADASWAWARA.COM, KONAWE – Sejumlah warga di Desa Tani Indah dan Desa Kapoiala Baru, Kecamatan Kapoiala, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra) adalah petani tambak ikan dan udang. Saban hari, tambak yang menjadi satu-satunya sumber mata mencaharian warga setempat, cukup menjanjikan dan membuat ekonomi keluarga terbilang stabil.
Namun, situasi berubah sejak hadirnya aktivitas Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) milik PT Obsidian Stainless Steel (OSS). Mulai 2018, nasib petambak berubah karena produksi tambaknya menurun hingga mencapai 80%.
“Dulu sebelum ada perusahaan, kita bisa panen tiga kali setahun, sekarang hanya satu kali setahun karena ikan sulit berkembang. Sehingga, kalau dihitung-hitung, penurunan produksi ikan sudah sampai 80%,” ungkap Kamriadi (34), salah satu petani tambak di Desa Tani Indah saat ditemui di kediamannya, Selasa (08/10/2024).
Kamriadi menduga, turunnya produksi tambak tersebut karena cemaran limbah aktivitas PLTU PT OSS yang pusatnya hanya berjarak kurang lebih 200 meter dengan lokasi tambak miliknya. Akibatnya, ikan sulit berkembang bahkan kerap mati mendadak.
Seperti yang terjadi, Senin (07/10/2024), ratusan ekor ikan di tambak milik Kamriadi mati mendadak hingga kerugian ditaksir mencapai puluhan juta rupiah. Ikan yang sudah siap panen di lahan tambak seluas 1 hektar itu pun, hanya dibiarkan membusuk karena tak bisa lagi dikonsumsi.
“Kejadian seperti ini (ikan mati mendadak) sudah berulang kali terjadi dan bukan saya saja yang alami. Beberapa kali kami mencoba meminta pertanggungjawaban kepada pihak. perusahaan, namun tidak ada tindak lanjut,” beber Kamriadi.
Kejadian serupa diungkapkan, Anas Padil (31). Warga Desa Kapoiala Indah ini juga mengaku telah beberapa kali mengalami kerugian akibat ikan di tambaknya mati secara tiba-tiba. Begitu pun hasil produksi ikan yang dirasakan penurunannya.
“Tahun 2023 lalu, saya diminta pihak PT OSS untuk membuat proposal dengan mendata kerugian yang saya alami akibat ikan di tambak saya yang mati mendadak. Tapi sampai hari ini tidak ada juga tanggapan dari pihak perusahaan,” ujar Anas.
Ia pun berharap adanya perhatian dari pemerintah dan pihak perusahaan. Sebab, warga yang hanya mengandalkan tambak, terancam kehilangan mata pencaharian.
Secara terpisah, Humas PLTU PT OSS, Bahar, membantah bahwa tambak warga tercemar limbah perusahaan tempatnya bekerja itu. Menurutnya, ikan yang mati secara tiba-tiba itu hanyalah faktor cuaca.
“Kita tidak bisa simpulkan bahwa ini disebabkan limbah perusahaan. Terkadang itu kejadian seperti ini (ikan mati tiba-tiba) hanya faktor cuaca. Ini kan sempat beberapa hari lalu cuaca panas kemudian tiba-tiba hujan, nah ini panasnya naik ke atas sehingga bisa menyebabkan ikan-ikan mati,” ujar Bahar.
Ia pun memastikan tidak ada limbah yang mengalir ke sumber air tambak warga, sebab PT OSS telah membuat kumbangan khusus untuk menampung limbah yang dihasilkan.
“Tapi kita tunggu saja hasil uji laboratorium untuk memastikan penyebab ikan itu mati, karena sebelum ada perusahaan kejadian seperti ini juga sudah ada,” tukasnya.
Sementara itu, kejadian ikan mati secara tiba-tiba tersebut kini diselidiki. Beberapa anggota polisi hingga TNI nampak mendatangi lokasi tambak dengan mengambil ikan dan air untuk diuji ke laboratorium.
“Kebetulan ini wilayah hukum kami, jadi mendengar kejadian ini kami turun lokasi mengambil sampel agar diuji ke laboratorium untuk mastikan penyebab ikan ini mati secara tiba-tiba,” terang Kapolsek Bondoala Ipda Fuad Hasan saat ditemui di lokasi tambak di Desa Tani Indah. (ada)