ADASWARA.COM, KENDARI – Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra) Andi Sumangerukka menggelar pertemuan perdana dengan tokoh agama, tokoh adat, tokoh masyarakat, serta sejumlah perguruan tinggi pada Kamis 4 September 2025. Tujuannya adalah untuk menjaga kondusifitas wilayah, di tengah memanasnya aksi demonstrasi di sejumlah wilayah di Indonesia.
Namun, pertemuan yang berlangsung di rumah jabaran gubernur itu, mendapat tanggapan kritis dari salah satu tokoh agama, Musadar Mappasomba. Mantan Wakil Wali Kota Kendari ini mengatakan, Pemerintah Provinsi Sultra mestinya rutin membuka ruang aspirasi bagi para tokoh agar ikut berkontribusi dalam program pembangunan daerah.
“Tokoh jangan hanya dijadikan sebagai pemadam kebakaran saat terjadi masalah. Sementara akar masalah tidak pernah disentuh,” ujar Musadar.
Hal yang sama diungkapkan Rektor Universitas Sulawesi Tenggara (Sultra) Prof Andi Bahrun.
“Saya sepakat dengan kata Pak Musadar. Kita jangan hanya dijadikan pemadan kebakaran,” ujarnya.
Dikatakan, Sultra memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah. Agar pengelolaannya berjalan baik dan bermanfaat untuk daerah, semua pihak termasuk para tokoh dan perguruan tinggi perlu sering-sering duduk dan diskusi bersama guna memberi masukan kepada pemerintah.
“Beri harapan bagi masyarakat, berikan optimistisme agar SDA kita yang melimpah dapat dikelola dengan baik oleh generasi mendatang,” sambungnya.
Menanggapi masukan tersebut, Andi Sumangerukka, mengaku akan mengagendakan pertemuan dengan sejumlah tokoh yang ada di Sultra. Ia pun mengakui tak dapat bekerja sendiri tanpa dukungan para tokoh.
“Ini menjadi pertemuan awal. Ke depan kami bersama Forkopimda akan mengagendakan pertemuan rutin. Saya sangat memohon agar mari kita ciptakan kondisi yang kondusif,” pungkasnya. (Ada)